Kamis, 22 September 2011

SINAR-SINAR RADIOAKTIF

Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa radiasi yang dipancarkan zat radioaktif dapat dibedakan atas dua jenis berdasarkan muatannya. Radiasi yang bermuatan positif dinama sinar alfa, dan yang bermuatan negatif diberi nama sinar beta . Selanjutnya Paul U.Viillard menemukan jenis sinar yang ketiga yang tidak bermuatan dan diberi nama sinar gamma.
Sinar alfa ( α )
Sinar alfa merupakan radiasi partikel yang bermuatan positif
Partikel sinar alfa sama dengan inti helium -4, bermuatan +2e dan bermassa 4 sma. Partikel alfa adalah partikel terberat yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Sinar alfa dipancarkan dari inti dengan kecepatan sekitar 1/10 kecepatan cahaya. Karena memiliki massa yang besar daya tembus sinar alfa paling lemah diantara diantara sinar-sinar radioaktif. Diudara hanya dapat menembus beberapa cm saja dan tidak dapat menembus kulit. Sinar alfa dapat dihentikan oleh selembar kertas biasa. Sinar alfa segera kehilangan energinya ketika bertabrakan dengan molekul media yang dilaluinya. Tabrakan itu mengakibatkan media yang dilaluinya mengalami ionisasi. Akhirnya partikel alfa akan menangkap 2 elektron dan berubah menjadi atom h

Sinar beta (β)
Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif. Sinar beta merupakan berkas elektron yang berasal dari inti atom. Partikel beta yang bemuatan -1e dan bermassa 1/836 sma. Karena sangat kecil, partikel beta dianggap tidak bermassa sehingga dinyatakan dengan notasi eo1. Energi sinar beta sangat bervariasi, mempunyai daya tembus lebih besar dari sinar alfa tetapi daya pengionnya lebih lemah. Sinar beta paling energetik dapat menempuh sampai 300 cm dalam udara kering dan dapat menembus kulit.
Sinar gamma ( γ )
Sinar gamma adalah radiasi elektromagnetek berenergi tinggi, tidak bermuatan dan tidak bermassa. Sinar  γ dinyatakan dengan notasi gamma. Sinar gamma mempunyai daya tembus. Selain sinar alfa, beta, gamma, zat radioaktif buatan juga ada yang memancarkan sinar X dan sinar Positron. Sinar X adalah radiasi sinar elektromagnetik.

Jumat, 19 Agustus 2011

ARTIKEL JAWA ( BUDAYA JAWA )




Basa Jawa Saiki Wis Arang arang Digunakake

Basa Jawa saiki wis pancen arang arang digunakake, akeh bocah ing jaman saiki ora mudheng basa jawa. Awit isih cilik digladhi migunakake basa Indonesia kanggo bsa padinan, kanthi mengkono basa jawa kaanggep angel. Supaya bias migunakake basa jawa kang bener kudu gladhen supaya lancer. Sak ora orane kudu bener pocapane, ngerti tandha wacan.
Kabeh guru mligini guru kang tingkat dhasar mono tugase mandhasi watake bocah, amrih besuke bisaa dadi generasi penerus kang nduweni akhlak kang kena di andelalake sarta duwe pakarti luhur. Awit jroning basa jawa mau akeh kandhungan pendhidhikan tumrap bocah amrih tansah nuhoni tumindak andhap asor, ngetrapake tata karma, tata susila, treping basa samubarang wong, lan sapiturutipun.
Bocah saiki akeh kang babar pisan ora nduweni andhap asor, sludar-sludur kaya wedhus prucul marang guru lan wong tuwa. Apa merga kena pengaruhe jaman kang saya canggih ? kanyatane senajan wulanan basa jawa wis dicacake, nanging asile meksa during maremake. Jalaran wulangan basa jawa during entuk papan jembar kang semestine. Wulangan basa jawa isih kaya dene tanduran tumpang sari ana pinggir galengan, saka ngendi bisane menehi asil kang maksimal. Carane ngetrapake uga during bias rancag, isih kecincungan, jalaran bvocah during nguwasani basa jawa. Luwih-luwih ngenani paramasastra kang ruwet.
“Pak kula badhe kondur rumiyin.”
“Wong kula tindak Malang nitih sepur.”
“Kula lingsem menwi badhe tindak dhateng dalemipun Bu Ning.”
Basa kang sliring mengkono mau kerep keprungu ing bebrayan. Sarehne basa jawa during entuk papan kang semestine, wektune winates, mula guru bisaa nduweni kreativitas kang dhuwur. Contone, nalika ing kalodangan apa bae, bocah tansah dijak komunikasi nggunakake basa jawa, nurut unggah-ungguhing basa. Mesthi bab iki mung kanggo daerah tinamtu wae, kang pendhudhuke mayoritas masyarakat jawa.
Tembang ugi kena kanggo ningkatake pendhidhikan budi pekerti, aja nganti diliwakake marang bocah upama cakepane ngarang dhewe, golek ukara kang kena kanggo ndhidhik bocah, dene lagune bias njiplak saka lagu-lagu kang wis popular., kang bocah wis mesthi gampang apal lan sisane. Wulangan budi pakerti sarana tembang lewih gampang disenengi bocah, awit karo nembang atine seneng lan bocah uga niteni ukara kang ditembangake mau. Timbang sarana ceramah, bocah malah ora pati migatekake, tur ora bisa langsung nyanthel marang jiwane bocah.
Kanggo ngembangake basa jawa, tembang lan budayane, amrih wis lumaku rancag guru kudu bisa mandhiri. Aja nemen nemen njagakaake marang kang nduweni kawenangan. Pengalaman mbuktekake, saben ana program amrih lestari lan ngrembakane basa/budaya jawa, pancen dalane ora lancer, akeh sandhungane. Mligie ngenani prapebaya.
Carane guru bisaa nyawiji karo kelompok masyarakat endi waekaqng nduweni misi nglestarekake sastra lan basa jawa. Umpamane makarya bebarengan karo sastrawan jawa, nganakake lomba ,maca basa jawa, lomba nembang lan sapiturutipun. Bab prabeya bisa golek kanthi sambat marang kang nduweni kawigaten gedhe marang lestari sarta ngrembakane basa jawa. Pokoke sembarang cara bisa dienggo, amrih basa jawa entuk papan kang jembar, merdika urip ngrembaka.
Wosing atur, menwa guru ndueni kreativitas kang dhuwur, bisa ningkatake kemandhirian, ngrenggesengake wulangan basa jawa kalebu tembange kanthi meneka cara, lan bisa oleh asil kang maksimal maremake, wis pada karo ndeder winih unggul generasi penerusing bangsa kang bisa diandelaake samubarange, mligine bab dhuwure akhlak luhuring pakarti.

MISKIN ...??? NO PROBLEM


Apa rasanya jadi seorang anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka pada upacara 17 Agustus di Istana Merdeka? Jelas sebuah pengalaman membanggakan. Dan itulah yang dirasakan duta Provinsi Jambi, Mariati Uli Sitompul, siswi SMA Titian Teras.
Mimpi itu jadi kenyataan. Mimpi mengikuti upacara bendera di Istana Kemerdekaan tak melulu milik mereka yang berasal dari gedongan. Mariati pun memiliki mimpi itu dan ternyata, anak seorang tukang tambal ban ini mampu meraih mimpinya tersebut.
Rasa bangga pun tak hanya dirasakan Mariati. Sang ayah, Sudung Sitompul mengaku sangat bangga dengan putrinya itu. Bahkan saking bahagianya, Sudung rela ke Jakarta dengan merogoh kocek sendiri. Ini demi memberi semangat agar anaknya makin percaya diri.
Kini, tugas mengibarkan dan menurunkan bendera dalam upacara HUT ke-66 Kemerdekaan RI di Istana Kemerdekaan yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sudah usai. Namun kegiatan Mariati masih sibuk. Usai mengikuti jamuan makan malam di Istana Kepresidenan, dia masih memiliki segudang agenda.   
Sudung pun tidak bisa leluasa bertemu Mariati. Menurutnya,Mariati masih berada dalam pengawasan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Sudung mengaku hanya bisa menemui Mariati sekitar lima menit pada Rabu (17/8) sore selepas Parade Senja atau upacara penurunan bendera.
Sudung mengatakan setelah menjalankan tugas, Mariati mendapat jamuan makan malam di Istana Kepresidenan. Selain itu, Sudung juga mengatakan Mariati mendapat undangan jamuan makan dari banyak instansi dan pejabat negara satu di antaranya bersama Menpora Andi Mallarangeng. "Kita dapat dua undangan untuk besok, tapi di Cibubur," ujar Sudung.
Sebagai orangtua, Sudung mengaku bangga akan capaian anaknya mewakili Provinsi Jambi di tingkat nasional, terlebih menjadi anggota Paskibraka. Selain bangga, Sudung juga mengaku bahagia.
Bagi Sudung prestasi Mariati merupakan sebuah berkah langsung dari Tuhan Yang Maha Esa. Ia memandang prestasi Mariati sebagai berkah lantaran status sosial ekonomi dirasa tidak layak dan cukup untuk mengantar Mariati meraih satu posisi dalam Paskibraka.
Sudung mengatakan, diri dan keluarganya tidaklah masuk kategori keluarga kaya. Sudung mengatakan,  penghasilannya sangatlah pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Sudung mengaku hanya menjadi tukang tambal ban untuk mencukupi kebutuhannya.
Walau hanya bekerja sebagai tukang tambal ban, Sudung mengaku ikhlas dan siap mendukung perkembangan anak-anaknya. Sudung pun mengatakan untuk memenuhi undangan Presiden ke Jakarta dan mendukung anaknya, ia rela merogoh kocek sendiri untuk biaya ke Jakarta.  
"Tidak ada akomodasi atau tiket dari pemerintah, semua uang pribadi," ujar Sudung.
Agar bekal perjalanannya cukup, Sudung pun mengaku menumpang tinggal di rumah keluarganya yang ada di Jakarta
"Saya sudah tahu. Kita berharap agar jadwal pelantikan bisa ditentukan"

Sabtu, 06 Agustus 2011

IKHWAN dan AKHWAT SEJATI



IKHWAN SEJATI
Seorang remaja pria bertanya pada ibunya, ”Ibu, ceritakan padaku tentang ikhwan sejati!”
Sang Ibu tersenyum dan menjawab…
Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati di tempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati di dalam rumah.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja, tetapi komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia mengahadapi lika-liku kehidupan.
Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca Al-Quran, tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca.
Setelah itu, sang remaja pria kembali bertanya. Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Ibu ?
Sang Ibu memberinya buku dan berkata…


AKHWAT SEJATI
Seorang gadis kecil bertanya pada ayahnya, “Abi ceritakan padaku tentang akhwat sejati?”
Sang ayah pun menoleh sambil kemudian tersenyum.
Anakku…
Seorang akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dilihat dari kecantikan hati yang ada di baliknya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan tetapi dari keikhlasan ia memberikan kebaikan itu.
Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan.
Akhwat sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara.
Sang ayah diam sejenak sembari melihat ke arah putrinya.
“Lantas apa lagi Abi?” sahut putrinya.
Ketahuilah putriku…
Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan, tetapi dilihat dari kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur.
Dan ingatlah…
Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauhmana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.Setelah itu sang anak kembali bertanya,
“Siapakah yang dapat menjadi kriteria seperti itu, Abi?” Sang ayah memberikannya sebuah buku dan berkata, “Pelajarilah mereka!”
Sang anakpun mengambil buku itu dan terlihatlah sebuah tulisan “Istri Rasulullah”.
zakyizzudin.wordpress.com